Wednesday, October 17, 2012

Ilmu Alamiah Dasar Fakultas Sastra (Inggris): MEMBEKAS DI HATI



             

      Kurang lebih dua tahun yang lalu, yaitu di semester dua ada satu mata kuliah wajib yang harus diambil oleh para mahasiswa/i sastra Inggris. Ialah mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar atau IAD (sekarang sudah tiada), begitulah para mahasiswa/i sering menyingkatnya. IAD pada masa kami dibimbing oleh bapak Drs. Cecep Sudrajat. Selain mengajar di fakultas Sastra beliau juga sering mengajar di fakultas-fakultas lain seperti MIPA, FKIP, dan lain-lain. Di akhir perkuliahan beliau memberikan tugas akhir yang sangat berkesan, yaitu penelitian lapangan ke Penangkaran Elang di daerah Cihideung, tepatnya berada di kaki gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Sejatinya penangkaran elang itu merupakan Cagar Alam, yaitu kawasan untuk melindungi flora dan fauna. Namun dalam di cagar alam yang telah kami kunjungi tersebut memperbolehkan adanya aktifitas manusia yang berupa penelitian yang bersifat mendidik masyarakat luas.
Penangkaran elang yang terletak di Cihideung itu merupakan salah satu wahana untuk melestarikan elang yang tepatnya terletak di HTI (Hutan Tanam Industri) yang juga berada di kaki gunung Salak. Pada hari Selasa, 12 Juli 2011, dengan jumlah mahasiswa/i yang lumayan terhitung banyak berangkat ke penangkaran elang itu bersama bapak Drs. Cecep Sudrajat. Meskipun perjalanan menuju penangkaran tersebut tidaklah semulus jalan raya kota, namun suasana asri membuat indah perjalanan kami. Sungguh keasrian di sana mengalahkan semua yang terdapat di kota. Setelah melewati jalanan beraspal lalu dilanjutkan dengan jalan setapak yang hanya bisa dilewati oleh kendaraan beroda dua. Setelah itu tibalah kami di pintu gerbang penangkaran elang itu. Sesampainya di sana, kami disambut hangat oleh petugas yang ada di kantor utama untuk menuju penangkaran, selain sambutan itu hal yang paling teridah yaitu udara dingin gunung Salak yang sungguh membekukan darah hingga menusuk tulang kami, seakan-akan terpikir daerah itu dibentengi oleh mantra anti polusi, tidak ada polusi!. Waktu telah menunjukkan pukul 10.35 namun udara masih terasa sangat sejuk. Untuk menuju penangkaran kami harus melewati jembatan layang yang hanya dapat dilewati setidaknya 5 orang untuk satu kali lewat. Setelah melewati jembatan tibalah kami di area HTI yang hampir dipenuhi oleh pohon Pinus. Kami mulai menuju ke area penangkaran tersebut, sesampainya di sana ada salah satu mahasiswa diminta memberikan makan berupa Hamster untuk elang-elang itu oleh petugas. Ternyata sebelum memakan hamster itu, elang tersebut terlebih dahulu mencabi-cabik bulu-bulu hamster itu kemudian ia mulai pula memangsanya. Sungguh tidak tega melihatnya! Namun itulah rantai makanan.
Sesudah mengamati elang-elang itu menyantap makan siangnya, kami bergegas menelusuri kaki gunung. Dengan arahan dan bimbingan dari bapak Cecep sejatinya kami mengamati dan memelajari bermacam-macam jenis tumbuhan yang kami temui sepanjang jalan menelusuri kaki gunung Salak. Tujuan kami ialah ‘bermain sambil belajar’ di air terjun Cibadakyang berjarak 15 meter dari kantor utama. Jenis-jenis tumbuhan yang kami dapati ialah Pinus; Kecubung; Harendong; Tiperomia (sejenis merica); Biovita (lumut yang menempel di batang pohon Pinus); Impatience Balsamina (tumbuhan pacar); Sadagori (tumbuhan obat untuk asam urat); Sintrong (tumbuhan yang biasa dijadikan lalapan); Evatorium Trineta; Agerata (yaitu tumbuhan yang daunnya digunakan untuk antibakteri); kopi; Leukas; Pulus (tumbuhan yang daunnya memiliki unsur yang dapat membuat kulit gatal-gatal setelah menyentuhnya).
Selain dimanjakan oleh jenis-jenis tumbuhan, kami pun dimanjakan oleh adanya air terjun yang sangat indah. Di tengah HTI tersebut terdapat air terjun, air terjun Cibadak namanya. Di mana kami mencoba meminum air tersebut dan sungguh rasanya jauh lebih segar dibanding air mineral yang biasa kita minum sehari-hari. Maka tidak sedikit para mahasiswa/i yang membawanya pulang. Di sana pula kami mengadakan ‘babacakan’ (bahasa Sunda) yang berarti makan bersama. Selain itu tidak sedikit mahasiswa/i yang mandi di air terjun Cibadak itu. Setelah beristirahat, bapak Cecep memberikan intruksi untuk kembali ke kantor utama karena waktu telah menunjukan pukul 02.00 WIB. Akhirnya kami bergegas untuk kembali pulang, padahal saat itu kami masih sangat ingin menghabiskan waktu bersama. Namun apalah bisa dilakukan, karena waktu sudah hampir habis. Sesampainya di area di mana tertanam banyak pohon pinus, bapak Cecep memberikan arahan mengenai UAS. Dari raut wajahnya sungguh tidak tergambar ada kelelahan, sungguh semangatnya pun membuat kami membuang rasa lelah.
Pada saat itu, Selasa 12 Juli 2011, merupakan akan menjadi kesan yang tidak dapat terlupakan karena di mana saat itu telah terukir kebersamaan yang indah, serta kekompakkan di tiap diri mahasiswa/i. Juga terlebih kepada bapak Cecep yang kini sudah tidak memberikan materi kuliah pada kami, beliau sungguh berkesan di hati para mahasiswa/i. Kami sangat berterimakasih pada bapak Cecep Sudrajat yang tidak kenal lelah dalam membimbing kami dalam mata kuliah IAD. Kebersamaan saat itu sungguh ingin kami rasakan lagi. Canda tawa riang saat itu sungguh membuat kami rindu akan hari di mana kami harus meninggalkan mata kuliah IAD tersebut. Namun sungguh perjalanan itu membekas kesan indah di hati.
               

No comments:

Post a Comment