Kurang lebih dua tahun yang
lalu, yaitu di semester dua ada satu mata kuliah wajib yang harus diambil oleh
para mahasiswa/i sastra Inggris. Ialah mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar atau IAD
(sekarang sudah tiada), begitulah para mahasiswa/i sering menyingkatnya. IAD
pada masa kami dibimbing oleh bapak Drs. Cecep Sudrajat. Selain mengajar di
fakultas Sastra beliau juga sering mengajar di fakultas-fakultas lain seperti
MIPA, FKIP, dan lain-lain. Di akhir perkuliahan beliau memberikan tugas akhir
yang sangat berkesan, yaitu penelitian lapangan ke Penangkaran Elang di daerah Cihideung,
tepatnya berada di kaki gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Sejatinya penangkaran
elang itu merupakan Cagar Alam, yaitu kawasan untuk melindungi flora dan fauna.
Namun dalam di cagar alam yang telah kami kunjungi tersebut memperbolehkan
adanya aktifitas manusia yang berupa penelitian yang bersifat mendidik
masyarakat luas.
Penangkaran elang yang terletak di Cihideung itu merupakan
salah satu wahana untuk melestarikan elang yang tepatnya terletak di HTI (Hutan
Tanam Industri) yang juga berada di kaki gunung Salak. Pada hari Selasa, 12
Juli 2011, dengan jumlah mahasiswa/i yang lumayan terhitung banyak berangkat ke
penangkaran elang itu bersama bapak Drs. Cecep Sudrajat. Meskipun perjalanan
menuju penangkaran tersebut tidaklah semulus jalan raya kota, namun suasana
asri membuat indah perjalanan kami. Sungguh keasrian di sana mengalahkan semua
yang terdapat di kota. Setelah melewati jalanan beraspal lalu dilanjutkan
dengan jalan setapak yang hanya bisa dilewati oleh kendaraan beroda dua.
Setelah itu tibalah kami di pintu gerbang penangkaran elang itu. Sesampainya di
sana, kami disambut hangat oleh petugas yang ada di kantor utama untuk menuju
penangkaran, selain sambutan itu hal yang paling teridah yaitu udara dingin
gunung Salak yang sungguh membekukan darah hingga menusuk tulang kami, seakan-akan
terpikir daerah itu dibentengi oleh mantra anti polusi, tidak ada polusi!. Waktu
telah menunjukkan pukul 10.35 namun udara masih terasa sangat sejuk. Untuk
menuju penangkaran kami harus melewati jembatan layang yang hanya dapat
dilewati setidaknya 5 orang untuk satu kali lewat. Setelah melewati jembatan
tibalah kami di area HTI yang hampir dipenuhi oleh pohon Pinus. Kami mulai
menuju ke area penangkaran tersebut, sesampainya di sana ada salah satu
mahasiswa diminta memberikan makan berupa Hamster untuk elang-elang itu oleh
petugas. Ternyata sebelum memakan hamster itu, elang tersebut terlebih dahulu
mencabi-cabik bulu-bulu hamster itu kemudian ia mulai pula memangsanya. Sungguh
tidak tega melihatnya! Namun itulah rantai makanan.
Sesudah mengamati elang-elang itu menyantap makan siangnya,
kami bergegas menelusuri kaki gunung. Dengan arahan dan bimbingan dari bapak
Cecep sejatinya kami mengamati dan memelajari bermacam-macam jenis tumbuhan
yang kami temui sepanjang jalan menelusuri kaki gunung Salak. Tujuan kami ialah
‘bermain sambil belajar’ di air terjun Cibadakyang berjarak 15 meter dari
kantor utama. Jenis-jenis tumbuhan yang kami dapati ialah Pinus; Kecubung;
Harendong; Tiperomia (sejenis merica); Biovita (lumut yang menempel di batang
pohon Pinus); Impatience Balsamina (tumbuhan pacar); Sadagori (tumbuhan obat
untuk asam urat); Sintrong (tumbuhan yang biasa dijadikan lalapan); Evatorium
Trineta; Agerata (yaitu tumbuhan yang daunnya digunakan untuk antibakteri);
kopi; Leukas; Pulus (tumbuhan yang daunnya memiliki unsur yang dapat membuat
kulit gatal-gatal setelah menyentuhnya).
Selain dimanjakan oleh jenis-jenis tumbuhan, kami pun
dimanjakan oleh adanya air terjun yang sangat indah. Di tengah HTI tersebut
terdapat air terjun, air terjun Cibadak namanya. Di mana kami mencoba meminum
air tersebut dan sungguh rasanya jauh lebih segar dibanding air mineral yang
biasa kita minum sehari-hari. Maka tidak sedikit para mahasiswa/i yang
membawanya pulang. Di sana pula kami mengadakan ‘babacakan’ (bahasa Sunda) yang
berarti makan bersama. Selain itu tidak sedikit mahasiswa/i yang mandi di air
terjun Cibadak itu. Setelah beristirahat, bapak Cecep memberikan intruksi untuk
kembali ke kantor utama karena waktu telah menunjukan pukul 02.00 WIB. Akhirnya
kami bergegas untuk kembali pulang, padahal saat itu kami masih sangat ingin
menghabiskan waktu bersama. Namun apalah bisa dilakukan, karena waktu sudah
hampir habis. Sesampainya di area di mana tertanam banyak pohon pinus, bapak
Cecep memberikan arahan mengenai UAS. Dari raut wajahnya sungguh tidak
tergambar ada kelelahan, sungguh semangatnya pun membuat kami membuang rasa
lelah.
Pada saat itu, Selasa 12 Juli 2011, merupakan akan menjadi
kesan yang tidak dapat terlupakan karena di mana saat itu telah terukir
kebersamaan yang indah, serta kekompakkan di tiap diri mahasiswa/i. Juga
terlebih kepada bapak Cecep yang kini sudah tidak memberikan materi kuliah pada
kami, beliau sungguh berkesan di hati para mahasiswa/i. Kami sangat
berterimakasih pada bapak Cecep Sudrajat yang tidak kenal lelah dalam
membimbing kami dalam mata kuliah IAD. Kebersamaan saat itu sungguh ingin kami
rasakan lagi. Canda tawa riang saat itu sungguh membuat kami rindu akan hari di
mana kami harus meninggalkan mata kuliah IAD tersebut. Namun sungguh perjalanan
itu membekas kesan indah di hati.
No comments:
Post a Comment